Sabtu, 15 Agustus 2015

Baru Akan Satu Langkah (1)

Niat untuk melanjutkan pendidikan sudah muncul ketika saya akan lulus SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) karena saya merasa perlu mengembangkan lagi diri saya agar lebih pintar *walau cuma termasuk rangking ke-3 sejurusan SMK, muji diri sendiri.* Ingin kuliah tapi gak mikir mau ambil jurusan apa nanti. Tapi apa daya, saya tidak seberuntung seperti anak-anak lain yang ketika sudah lulus SMK/ SMA orang tuanya langsung mendaftarkan kuliah dengan mengikuti kemauan anaknya mau kuliah dengan jurusan dan Universitas mana yang bahkan bisa di luar kota seperti anak itu mau, selain membiayai dari mulai pendaftaran hingga selesai, sampai orang tuanya pun ikut mengantarkan sana-sini. Mulia sekali orang tua tersebut, makanya suka sebel kalau ada anak yang bisa dibilang beruntung tapi suka nyinyir ngomongin orang tuanya. Nah beda dengan saya, saya yang hidup serba pas-pasan, tidak semudah itu untuk melanjutkan kuliah. Sebelumnya pernah saya share kan ya soal bagaimana kisah saya untuk melanjutkan kuliah dengan susah payah. Tapi alhamdulillah saya bangga punya orang tua saya yang gak pernah bikin saya nyinyir.

Sekarang saya sudah daftar kuliah, alhamdulillah dengan biaya sendiri. Tinggal nunggu waktu untuk mulai masuk kuliah. By the way, saya ambil jurusan Financial Management a.k.a Manajemen Keuangan. Dulu saya SMK ambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) yang sebenarnya sangat pas untuk zaman sekarang dengan teknologi yang meningkat pesat. Namun saya ngga tahu, ngga paham, ngga mudeng dengan pelajaran jurusan pas SMK, dan tidak ingin melanjutkannya lagi.

Dengan waktu yang sangat singkat yaitu cuma beberapa hari sebelum daftar kuliah saya berpikir jurusan apa yang akan saya ambil dan harus kuliah dimana? Sempat mencoba daftar ke Universitas Djuanda namun ada pro dan kontranya, walaupun tempatnya dekat ke rumah biar pulangnya gak larut malam karena berada di daerah Ciawi. Tapi saya tidak memutuskan ikut tes di Universitas itu. Sempat Mamahnya Mister menyarankan untuk masuk ke Ibnu Khaldun tapi sayang jarak yang amat sangat jauh. Setelah pusing-pusing memilih kuliah dimana dan jurusan apa, saya coba daftar dan tes di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kesatuan, dan Kesatuan merupakan tempat magang pas jaman SMK si Mister dulu. Setelah ikut tes psikotes akhirnya saya diterima dijurusan awal yang saya pilih tanpa harus pusing dipindah-pindah oleh pihak Universitas. Namun saya tetap bingung, kenapa saya memilih Manajemen Keuangan? Alasannya saya berharap ilmu itu tidak hanya bisa dipakai di dunia kerja dan wirausaha saja nanti, tapi kelak bisa bermanfaat bagi keluarga saya kelak. Dan tidak melihat universitas itu swasta ataupun negeri, karena menurut saya itu balik lagi ke si mahasiswanya, bagaimana dia bisa mengembangkan dirinya.

Saya kerja dan kuliah juga. Bagaimana mengatur waktunya? Alhamdulillah saya mendapat tempat kerja yang jam kerjanya tidak mengekang dan bahkan mendukung karyawan seperti saya yang akan melanjutkan kuliah. Saya pun mengambil kelas karyawan atau kelas malam untuk kuliah. Berarti pagi sampai sore saya bekerja dan sore sampai malam saya kuliah. Capek ga sih? Walau orang tua, si Mister, si Mamah, dan banyak orang sudah mengingatkan "Mulai jaga kesehatan dan banyak minum vitamin, Na." Sempat kepikiran juga sih bagaimana nanti saya pulang kuliah dengan hari yang sudah larut malam dengan badan yang sudah kelelahan? Jarak antara rumah dan kampus yang lumayan jauh. Orang tua yang sudah bawel ini itu, apalagi dengan ramenya kasus begal?

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nyapih Minara

Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...