Senin, 01 Oktober 2018

Welcome Semester 7 - Seminar Proposal Skripsi

Selamat datang Semester 7. UAS semester 6 baru usai.

Cerita dimulai...

Diawal semester ini saya mendapatkan kabar dari kampus, bahwa untuk pengurusan Proposal Skripsi diajukan di semester ini. Karena biasanya diadakan di semester 8.

Saat itu seluruh anak semester 7, diberi waktu + 1 bulan untuk mengajukan judul. Jujur saya mengalami yang namanya "Putus Asa". Tiap hari berasa minum obat yang paiiiitttt. Jurusan ini tidak 100% saya suka. Hm, apa daya. Yang sejak masih sekolah sering saya mendengar kata "kuliah salah jurusan" ternyata kini saya alami. Mari kita nikmatin.

Mungkin lebih 10 kali judul yang saya buat dan ajukan ditolak. Hampir setiap hari, saya dan beberapa teman rajin datang ke kampus, ke perpus,  ke kantin juga, ketemu dosen, nanya ini itu, curhat ini itu, nanya ke staf perpus, nanya ke staf BAAK, nanya ke anak senior. Bosen kali yak itu semua orang ditanya kita mulu.

Masa-masa ini saya banyak sharing sama Teh Dewi (beliau Ibu dari 2 anak, yang bekerja pula). Setiap hari kami mendapatakan hal seperti ini.
(D= Dosen, K= Kami).

D : "Ini salah..."
D : "Ini gak cocok..."
D : "Ini kurang!"
D : "Harusnya ini."
D : "Harusnya itu."
D : "Baca jurnal."
D : "Apa yang mau kamu bahas?"
D : "Y nya mana?"
D : "X nya kok satu?"
D : "X sama Y harus nyambung."
K : "Apa itu X, Y itu apa? Cuti aja kali yak kita? Ikut pengurusan proskip tahun depan? Hwa galau."

Namun banyaknya dukungan orangtua, keluarga, pacar (hehe), suami (itu Teh Dewi yaa), Mba Fitri juga, para dosen, dan banyak lain termasuk Mamah Farhan yang bahkan berbagi do'a yang sering beliau do'akan untuk anak-anaknya. Kami putusin lanjut pengurusan proskip tahun ini. Doakan yaaa.
Dari kebanyak-nanyaannya kami, sehingga sedikit demi sedikit kami paham.

Setelah lelah ini itu, akhirnya kami mengajukan 2 judul yang beberapa dosen anggap itu oke. Majulah kami pengajuan judul sampai ijin pulang cepat dari kantor (efek jadwal dosen yang gak pernah cocok sama kami yang anak karyawan). Dan kami orang pertama di kelas yang judulnya di ACC, saat itu yang tanda tangan judul kami adalah Bapak H. M Arifin, Drs. MM. Fix, maapkeun ini bukannya sombong, tapi nanti kalian baca deh blog ini sampai akhir. Akan ada cerita perjuangan dibalik ini semua.

2 minggu kami menunggu pengumuman judul mana yang para dosen pilih. Adanya rapat besar antar dosen untuk menentukan judul kami.

Pengumuman tiba....
Lihat mading, dan ternyata saya dan Teh Dewi dapat dosen pembimbing yang sama yakni Bapak Drs. Aang Munawar, MM. Kok bisa yaa kita sama, Teh. Hehe. Enak sih, kita bisa ngeluh bareng.

Beliau merupakan dosen Manajemen Keuangan saat semester pertama dan beliau merupakan dosen pertama yang mengajar saat pertama kali saya masuk kelas, dosen yang setiap beliau mengajar selalu ada canda tawa deh. Tapi hmm, saat dia menjelaskan materi, beliau menunjukkan Power Point dengan tampilan semuanya bahasa Inggris. Semoga Bapak saat bimbingan dengan kami tidak dengan menggunakan bahasa inggris yaa. Hehe.

Dengan gerak cepat, kami langsung mencari kontak Pak Aang. Buat janji dan ketemuan eh bimbingan deng.

*
Efek saya karyawan dengan jam normal, saya tergesah-gesah datang ke kampus. Di situ sudah ada teh Dewi dan beberapa teman yang dibimbing Pak Aang. Muka mereka kok lesuh saat Pak Aang menjelaskan.

Ternyata kami diwajibkan membawa minimal 10 jurnal. Serius? Giliran saya ditanya.
"Kamu judulnya apa?" tanya Pak Aang
"..........................................." jawab saya walau belum sampai selesai menyebutkannya.
"Hwaaaaa... ganti judul. Kalian itu kalau bikin judul harus pakai logika."
Kami semua merenung dan serius mendengarkan penjelasan beliau, walau selalu diselipkan guyonan beliau.

Bimbingan pertama selesai *******

Lesuh. Ini yang saya bilang di atas, saya gak mau sombong. Karena pasti akan ada rintangan lagi di depan. Namun, saya yakin Pak Aang seperti itu pasti mempunyai tujuan yang baik untuk kami. Yups, agar kami tidak kehabisan materi, dan banyak hal baik lainnya. Saya bilang ke Teh Dewi "Kita yang pertama judulnya di ACC dan yang pertama juga disuruh ganti judul, hmmm sedih Teh."

Saya baca-baca jurnal, skrispi, balik lagi ke kampus, ke perpus, ketemu dosen, dll. Ini seperti flashback.

Saya beranikan diri untuk chat Bapak Pembimbing, satu judul, dua judul, tiga judul. Chat pagi hari, dibalas sore hari. Beliau balas "OK, judul kedua, pada Bank Pemerintah atau Swasta tapi semua.". Saya jawab "Bank Pemerintah yah Pak?". Beliau balas lagi "Minimal 10 tahun". Hwaaaaaa. Oke mari kita jalani lagi.

Bimbingan kedua sampai keempat (karena maksimal peretemuan adalah 4 kali) sudah selesai, dari chat, janjian di kampus, hampir datang ke kantor beliau, dan akhirnya datang ke rumah beliau beberapa kali malam-malam, bukannya gak sopan tapi karena jadwal ngantor kami dan ngajar beliau yang selalu bentrok dan beliau juga yang mengusulkan datang ke rumah. Saat bimbingan adanya negosiasi, dapatlah 5 tahun dengan 30 bank swasta. Fix, ini gak bisa ditawar lagi. Hupt. Tanda tangan Dosen Pembimbing untuk lanjut untuk Seminar Proskip sudah ditangan. Lagi, mari kita nikmati.

Setiap orang tanya, judulnya apa, berapa tahun, dan bank apa. Mereka cengo setelah tau saya dengan 30 bank. Bapak Pembimbing selalu bilang "Jangan banyak ngeluh, gampang itu mah, jalani aja, hwaaaaa" dengan gayanya beliau.

H : "Pak pusing...."
D : "Kamu pusing?"
H : "Iya Pak"
D : "Hmm, kamu ini, minum obat, minum bodrek yaa"
H : "Zzzzzzzzzz, baik Pak hehehe"
D : *kasih jempol*

Mulailah saya proses pembuatan Bab I, Bab II, dan Bab III. Pengajuan dan tunggu jadwal.

Jadwal keluar, hwaaaa dapat kloter pertama. Siapa yaa Dosen Pengujinya? Berhubung yang bertahan ikut seminar semester 7 ini hanya 10 orang dari 30 lebih mahasiswa di kelas, jadi yaaa hanya ada 4 kali pertemuan seminar. H-8 setelah ada penyuluhan, Senin harus sudah mengumpulkan hardcover-nya.


Behind the scenes....
Hati deg-deg an sambil kerja yang terus lanjut, sebenernya badan yang tiga mingguan terakhir drop, batuk-batuk, flu parah, akhirnya saya sempetin waktu untuk cek ke puskesmas, Dokter instruksi aku ke lab untuk dicek, dan hasilnya saya yang didiagnosa gejala TBC. Hwaaa kok bisa sih? Sejauh ini batuk memang menggangu saya. Ini menular dan saya harus jaga jarak dari orang-orang.

Saya yang paling anti rumah sakit, obat-obatan dan segala multivitamin. Setelah dapat hasil lab, yang seharusnya saya wajib balik lagi ke Dokter, saya pilih beli jeruk peras dan kecap. 3 hari saya minum itu dan alhamdulillah batuk mereda. Siaplah yaah untuk memulai seminar proskip.

Hari H, Senin 01 Oktober 2018 saya putusin ambil cuti kerja untuk nenangin diri aja. Semua disiapkan 9 rangkap fotokopi hangout, saya pakai rok moka kotak-kotak warisan dari Umi zaman baheula, kerudung moka dan kemeja putih. Siaplah yah.

Jujur aku tiap solat  selau baca do'a Nabi Musa ini dan alhmadulillah tidak pernah terlewat, bahkan sebelum memulai hari saya baca juga.


     



Setelah solat Ashar, saya OTW kampus. Mencoba biasa aja, ini presentasi biasa aja.

Seminar dilaksanakan setelah solat Maghrib di Gedung baru ruang 512. Masuk kelas dan semua peserta mukanya tegang dan deg-degan. Moderator masuk daaaan Pak H. Weman Suardy, DRs., MM masuk kelas. Semua mukanya bahagia walau tetap tegang.

Seminar mulai **********

Giliran saya selesai, tanya jawab antara peserta dan dosen. diakhir evaluasi. Saya? Bengong. Pak saya revisinya apa? "Tidak ada" beliau jawab. Dilembar hanya ada tulisan apa yang dimaksud GM. Hehehe ternyata itu adalah typo, maksudnya GWM Pak. Mohon maaf. Berarti saya aman Pak? Iya lanjut saja.

The power of do'a. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Tinggal rapihin yang typo-typo dan lanjut cetak ulang dan buat CD (yang dibantu Farhan), lalu kumpulkan ke sekjur.

Bab IV dan Bab V, menanti.

Bissmillah.



Sabtu, 01 September 2018

Pemandian Air Panas Tirta Sanita




Berendam air hangat (air panas) enak kayanya.  Saya dan Farhan memilih Pemandian Air Panas Tirta Sanita, yaitu daerah Parung. Lokasinya bersebrangan dengan wisata Tirta Sanita yang waktu masa SMK saya, Farhan dan wara-wiri datangi.
Tiket masuk Rp. 10.000,-, trek menuju lokasi dari parkiran tidak terlalu jauh. kita hanya seperti naik bukit dan taraaaakolam buatan yang berisi sumber mata air panas yang mengandung belerang  sudah terlihat. Nah ternyata sebelum kita nyebur, kita diminta tiket yang tadi bayar di bawah dan kita harus bayar lagi dengan nominal yang sama yaitu Rp. 10.000,-.
Seharusnya dengan biaya sebesar itu bisa membuat lokasi pemandian air panas ini terawat. Namun, sayang sekali jalan setapak menuju kolam dan bahkan di samping kolam masih banyak sampah yang berserakan. Dan satu lagi tidak adanya tempat bilas, jadi kalau kita sudah berendam, untuk ngebilasnya nanti saja di rumah. Hikss. Mudah-mudahan adanya kesadaran yaa untuk para pengelolanya dan juga para pengunjung untuk tidak buang sampah sembarang. Aamiin. Karena kalau memang pengelola tidak menyediakan banyak tempat sampah, alangkah baiknya sampah yang kita punya masukkan ke plastik dan nanti kita buang pada tempatnya.
Baiklah, saatnya kita nyebur, eh berendam. Cuaca yang cukup panas tidak membuat saya menciut karena takut kulit menggelap. Saya dan Farhan malah menikmati air belerang tersebut. Saat itu memang cukup banyak pengunjung yang datang, sehingga cukup ramai.



Minggu, 17 Juni 2018

Umi Aa


Umi Aa, itu panggilan saya terhadap beliau. Entah dari mana awalnya saya bisa memanggil beliau dengan sebutan seperti itu. Beliau merupakan Umi dari Umi saya. Hm, Umi mempunyai adek laki-laki satu-satunya yang masih ada (karena harusnya Umi punya 3 adek laki-laki, namun Alloh lebih sayang mereka sehingga cepat dipanggil). Nah, adek laki-laki Umi itu (Om) saya panggil Aa, seharusnya sih saya panggil Mamang. Mungkin saya dulu salah bergaul, jadi salah panggilan. Karena Umi Aa sekarang hanya mempunyai anak laki-laki satu-satunya, maka tercetuslah nenek saya itu saya panggil Umi Aa (kalo adeknya Umi saya panggilnya dengan panggilan Mamang, mungkin jadinya Umi Mamang, haahha aneh yah). Jadi itu sejarah mengada-ada saya, kenapa manggil nenek menjadi "Umi Aa". Hmmm, netijen paham gak sama cerita saya di atas? Nggak yaa? Oke, abaikan. Kembali ke topik awal tentang Umi Aa,

Umi Aa ini hobinya menghadiri pengajian dan bahkan beliau didaulat oleh Ustad dan ustadzahnya sebagai bendahara, jadi setiap ada acara ziarah, beliau menjadi bendahara tetapnya. Hm, I am proud of you.

Umi Aa emang hobinya pergi sana sini, kayanya kalo diem di rumah aja bukan Umi Aa, kecuali beliau sakit dan terpaksa hanya tiduran di kamar. Selain sering ikut pengajian dan ikut ziarah sana sini, beliau juga terkenal sekampung Rancamaya dan sekitarnya sebagai chef (kepala masak) dalam setiap acara yang diadakan warga. Nggak semua tawaran si Umi terima, bukan karena bayaran atau apapun, namun untuk sekarang karena umur dan kondisi tubuh yang kurang memungkinkan. Karena Umi emang hobinya masak, jadi melakukan hal itu dengan senang hati dan juga saling membantu sesama tetangga, jadi soal bayaran pasti nomor sekian karena beberapa kali juga Umi Aa sempet menolak. Jadi Umi Aa beda dari orang yang lain saat "bantu-bantu" yaa. Hmm kesel.

Oiya, sempet punya keinginan nanti kalau saya nikah, Umi Aa jadi kepala kokinya, namun kasian juga yaah, jadi pengennya Umi Aa duduk manis aja. Hm tapi nanti terserah Umi Aa aja deh. Mandorin aja juga boleh. Hehe. 

Umi Aa juga tau makanan kesukaan saya yaitu nasi hangat, ikan japuh (panggang, goreng ataupun pepes), sayur asem dan sambal, itu adalah kenikmatan yang HQQ yang cucunya kalau makan itu bisa nambah beberapa kali. Haha. Hm, Semarang beliau agak kaget, karena setelah sekian lama, saya makan jengkol lagi a.k.a doyan. Ups. 

Saya sebagai cucu pertamanya, saya memang merasa belum banyak yang bisa saya kasih, saya yang bekerja sambil kuliah masih banyak menyita waktu dan materi untuk hal itu. Saya selalu berdoa untuk Umi Aa selalu sehat, diberikan rezeki yang berkah, awet muda dan selalu dalam lindungan Alloh SWT. Aamiin.

Doain juga untuk cucumu saat ini yang sedang berjuang menempuh semester akhir yaa, doain 2019 cucumu wisuda.


Tertanda cucumu Herliana Yuningsih
Love.

Sabtu, 28 April 2018

Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk - Hutan Mangrove, Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara

Rencana untuk berlibur ke tempat wisata ini sudah direncanakan jauh-jauh hari namun ternyata banyak kesibukan lain yang menggagalkan untuk dateng ke sini *eeaaaa, dan tiba-tiba kami (kami = saya dan Mbak Fitri) putuskan hari ini berangkat nekat kesana. Kenapa nekat? Karena kami tidak tahu persis lokasinya dimana, dan transportasi apa yang harus kami tempuh. Bermodalkan mbah Google, kami memutuskan dari Bogor kota naik kereta di Stasiun Bogor dan berhenti di stasiun tujuan akhir Stasiun Kota
 
Dari Stasiun Kota kami tanya ke Satpam (pepatah bilang “malu bertanya, sesat di jalan”) arah halte bus TransJakarta. Bapak Satpam menunjuk pintu keluar arah kiri. Lalu kami melewati underpass, yang disetiap sisinya banyak kios-kios yang menjajakan makanan, minuman, dan pernak pernik lain. Lalu kami mengikuti tanda panah menuju Halte Transjakarta. Setelah sampai, kami tak lupa membayar dengan menggunakan T-Cash. Halte Bus TransJakarta ini persis depan Museum Mandiri. 

Meseum Mandiri
Dengan kebingungan karena gak lucu kalau harus nyasar di Jakarta dengan cuaca saat itu cerah alias panaaasss, kami tanya salah satu mbak-mbak berkerudung dan ternyata mbak itu pun arah ke Pantai Indah Kapuk juga, karena dia bekerja di sana. Mbak itu instruksikan kami untuk menunggu bus TransJakarta dengan Tulisan Pantai Indah Kapuk – Balai Kota. 1 menit, 10 menit bahkan 1 jam hingga si Mbak naik g*jek karena kesiangan kerja, namun kami tetap menunggu bus tersebut dengan gelisah hampir pasrah, entah kenapa bus yang sering terlihat hanya  bus yang bertuliskan ”Tidak Melayani Penumpang”, “Penjaringan”, “Blok M”. Setelah lelah menunggu dan banyak pula calon penumpang yang mundur yang akan menuju Pantai Indah Kapuk tersebut. Kami dengan sabar, lalu siap-siap setelah melihat bus tersebut tiba. Akhirnya...


Yayasab Budha Tcu Chi
Jadi setelah naik kereta dengan tujuan Stasiun Kota, lalu menaiki Bus TransJakarta tujuan Pantai Indah Kapuk. Waktu yang ditempuh dengan bus kurang lebih 1 jam. Sebelum turun alhamdulillah, kami bertemu kembali dengan Bapak-Bapak yang baik (Dibalik kerasnya Ibukota Jakarta, ternyata masih ada segelintir orang yang baik hati), yang mengajak ngobrol dan menanyakan tempat yang akan kami tuju. Setelah kami sebut Hutan Mangrove, Bapak itu menyuruh turun bareng di depan Gedung Budha Tzu Chi persis sebrang PIK Avenue, lalu mengarahkan kami jalan kaki dengan arah sebelumnya dengan mengikuti jalan setapak (seperti mengelilingi Gedung Budha Tzu Chi) karena Gerbang TWA Pantai Indah Kapuk ternyata ada dibelakang persis gedung tersebut.


Ternyata menuju TWA Pantai Indah Kapuk, Hutan Mangrove ini sebenarnya sangat mudah, walaupun jaraknya cukup jauh.

Harga tiket masuk untuk dewasa saat hari libur adalah Rp. 30.000,- (dengan rincian Rp. 7.500,- untuk karcis masuk hari libur dan Rp. 22.500,- untuk paket rekreasi) dan hari biasa Rp. 25.000,-.

Karcis Masuk

Setelah masuk, persis sebelah kiri setelah loket, sudah disedikan masjid yang sangat nyaman dan bersih. Mesjid ini langsung dikelilingi lautan hutan mangrove. Indah. Di dalampun ada tempat makan dan kantin dengan ruang duduk yang serba kayu, nyaman. Oiya, TWA ini tutup pukul 17.30 WIB yaa guys.

Mesjid Al-Hikmah
Untuk yang bawa kendaraan sudah disediakan tempat parkir yang cukup luas dan ada biaya parkir tersendiri. Setelah membeli tiket, ada pos pengecekan tiket, di sini kami ditanya apakah membawa kamera selain kamera HP, sepertinya kalau kita membawa kamera akan dikenakan biaya tambahan. Alhamdulillah, kamera HP yang kami bawa sudah cukup tinggi resolusinya jadi gak perlu repot-repot dan bayar mahal karena bawa kamera. Hehe.

TWA Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk ini selain untuk menghalangi pengikisan akibat air laut, menahan ombak yang tinggi dan mengahalangi angin yang kencang, tempat ini memang cocok banget untuk foto-foto, dan disinipun kalian bisa wisata air menaiki perahu-perhau kecil yang telah disediakan (dengan tiket yang terpisah) dan juga bisa berkemah dengan disediakan penginapan seperti rumah-rumah kayu yang berbentuk segitiga yang cocok untuk acara gathering kantor, acara sekolah ataupun dengan keluarga.

Depan Kantin

Belakang adalah Wisata Air

Hutan Mangrove


Hutan Mangrove dan Rawa

Jembatan

Bibit Pohon Bakau

Ayunan Jaring

Jembatan

Hutan Magrove

Penginapan Rumah Kayu

Oiya, kaki kalian akan diuji disini, karena luas di TWA ini sekitar 99.82 HA. Wow.

Sejauh mata memandang banyak pohon bakau, air rawa yang hijau, rumah kayu dan jembatan-jembatan yang terbuat dari bambu. Jalan-jalan di atas jembatan ini kalian harus hati-hati karena ada beberapa lubang kecil dan bambu yang agak sedikit rapuh.

Saya rekomendasikan TWA Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk ini menjadi alternatif liburan murah Anda dengan keluarga, teman dan pasangan. Tempat ini seperti angin segar ditengah hiruk pikuk Ibukota Jakarta dengan gedung-gedung tingginya.

Dan untuk arah pulang, kalian bisa kembali mengikuti jalan setapak sebelumnya lalu menyebrang jalan (yang ditengahnya terdapat sungai) menuju halte depan PIK Avenue untuk menunggu Bus TransJakarta PIK-Kota dengan hanya membayar Rp. 3.500/orang lalu akan mengantarkan kalian menuju Stasiun Kota kembali.

Tiket TransJakarta

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba yaaa guys.


Nyapih Minara

Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...