Fase hidup yang saya impikan namun saya tahu ada tanggung jawab besar di dalamnya.
"Ibu-Ibu", identik dengan sekumpulan wanita dewasa yang memakai daster sambil momong anak, ngerumpi di tukang sayur, sesumbar uang bulanan kurang, lampu sen kanan malah belok kiri, bahas kelebihan anak sendiri dan nyinyir kekurangan anak orang lain dengan berbagai ekspresi wajah, dan lain-lain. Tapi saya yakin masih banyak Ibu-Ibu terutama zaman sekarang, yang sudah "melek" akan pentingnya menghormati sesama Ibu-Ibu. Sangat miris, saya yang pada saat itu masih lajang melihat meme berseliweran di media sosial. Sampai pernah saya agak takut kalau saya sudah menjadi seorang Ibu dan langsung bertanya ke diri sendiri "Apakah saya akan menjadi Ibu-Ibu yang di meme itu".
Setelah saya jalani, saya yang sepakat dengan suami, saya akan tetap bekerja setelah menikah dan mempunyai anak ternyata membuat hidup saya sangat sibuk dengan hal itu semua, kantor, rumah dan ada ketambahan saya dan suami sedang merintis usaha. Lelah, namun itu semua membuat saya untuk tidak ada waktu untuk berinteraksi atau meladeni hal-hal yang ternyata memang adanya seperti meme di atas. Huhu.
Contoh hal kecil, mungkin niat hati tidak ingin menjelekkan anak orang lain, namun bisa jadi orang akan salah menanggapi "Anak si A mah belum bisa jalan, eh ini dede mah udah lari ke sana kemari padahal seumuran", "Anak si B mah susah makannya, eh ini dede mah alhamdulillah rewog", "Dede mah udah bawel, kenapa ya anak si A belum bisa ngomong", "orangtuanya pasti ga peka terhadap anaknya" saya tahu niatnya baik ingin peduli, namun alangkah baiknya cukup diucapkan dalam hati agar tidak ada yang tersakiti, atau bahkan janganlah ada dalam pikiran kita. Saya sebagai Ibu barupun pernah mengalami hal tidak menyenangkan seperti itu, dan memang kebanyakan datangnya dari orang sekitar yaitu saudara. Sakit hati, tapi tak perlu membalas, cukup diamkan orangnya. Bagi saya itu sudah cukup.
Dunia saya yang sebagai makhluk sosial memang menjadi terbatas, namun itu membuat saya semakin nyaman. Tempat ngobrol ngaler ngidul saya ya hanya suami.
Yuk Ibu-Ibu berhenti membandingkan anak kita dengan anak orang lain, bahkan anak kita sendiri. Itu semua tidak enak dan tidak nyaman. Semua anak punya kelebihan masing-masing, semua titipan dari Yang Maha Kuasa.
Lalu, aku Ibu seperti apa?