Selasa, 18 Agustus 2015

Tradisi Merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia


Merdeka... merdeka... merdekaaaa...
Seperti biasa, dalam rangka memperingati 17 Agustus-an maka semuanya serba merah putih dan seluruh rakyat Indonesia pun ada yang merayakan upacara pengibaran Bendera Merah Putih, ada juga yang mengadakan perlombaan. Termasuk di kampung saya mengadakan acara perlombaan. Di sini saya diberi tugas sebagai sesi dokumentasi, oke fix saya terima karena hobi saya yang seneng jepret sana sini.

Berikut hasil jepretan saya. Dimulai dari lomba balap karung, ada untuk anak-anak perempuan dan laki-laki. Di lomba ini yang untuk anak laki-laki ternyata adik saya mendapatkan juara 1. Untuk perempuan, entah saya lupa.







Dilanjut dengan perlombaan bawa kelereng dengan sendok. Game ini agak lumayan susah karena panasnya terik matahari mengharuskan kita tetap fokus agar membawa kelereng itu ke finish dengan selamat. Banyak kelereng yang jatuh maka banyak pula yang kalah. Tapi pas sesi anak perempuan, ketika temannya yang lain pada kalah tapi dia anteng sendiri sampai finish. Hebat!




Permainan yang satu ini sih agak sedikit repot dan menyebalkan. Lomba mengambil koin di dalam terigu. Seru memang tapi muka anak-anak menjadi cemong dan bekas terigunya itu bertebaran karena banyak yang jail. Alhamdulillah saya sudah pakai masker.



Bukan hanya anak-anak dan remaja, ibu-ibu pun tidak mau kalah dengan mengikuti perlomabaan sepak bola. Di sini seru! Melihat kurang ketidakpahamannya ibu-ibu soal permainan ini. Karena banyak ibu-ibu yang gemes dan memegang bolanya dengan tangan.



Hari semakin panas, namun tidak mengurangi rasa semangat para panitia, para peserta dan juga para warga. Yaps, warga yang menonton pun sangat banyak yang antusias. Panitia pun mengistirahatkan karena waktu sudah masuk solat zuhur.



Karena acara perlombaannya persis di depan rumah, saya pun pulang dan istirahat. Waduh.. saya ketiduran. Dan ternyata acara sudah dimulai. Maka saya segera solat dan siap-siap, jepret sana sini lagi.

Setelah istirahat tadi, dilanjutkan dengan perlombaan sepak bola bapak-bapak. Ah sudah biasa bapak-bapak main bola, eits... kali ini beda, karena bapak-bapaknya diwajibkan menggunakan daster dan kerudung. Duh. Ada-ada saja yaaa. Walaupun sudah pakai daster dan kerudung tapi tetap saja tendangannya kencang, makanya anak-anak jangan mendekat.

Keseruan lainnya dilanjutkan dengan lomba panjat pinang. Lomba ini merupakan lomba yang ditunggu-ditunggu. Lomba ini juga yang menjadi ciri khas ketika merayakan HUT RI. Di sini ada dua pinang, untuk dewasa dan anak-anak. Games ini berlangsung 2 jam lebih. Karena susahnya mencapai puncak. Namun tak sesusah ketika dulu kala para pahlawan memerdekakan Negeri Tercinta kita ini, Indonesia. Dengan susah payah dan kerjasama para peserta, akhirnya panjang pinang dewasa bisa mencapai puncak dan mengambil hadiah yang sudah digantung tadi. Disusul dengan panjang pinang anak-anak yang dibantu orang dewasa juga untuk mencapai puncak.



Mohon maaf untuk foto-foto ketika bapak-bapak main sepak bola dan panjat pinang tak sengaja keformat sebelum saya sebar di blog. *nangis*

Semua perlombaan sudah dilaksanakan dan itulah sedikit permainan-permainan yang sudah menjadi tradisi seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya hadiah yang kita cari, namun kebersamaan dan kekompakan para warga untuk merayakan dan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

HUT RI ke-70 Tahun
Rancamaya, 17 Agustus 2015

Photo by : HerlianaYuningsih

Sabtu, 15 Agustus 2015

Baru Akan Satu Langkah (1)

Niat untuk melanjutkan pendidikan sudah muncul ketika saya akan lulus SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) karena saya merasa perlu mengembangkan lagi diri saya agar lebih pintar *walau cuma termasuk rangking ke-3 sejurusan SMK, muji diri sendiri.* Ingin kuliah tapi gak mikir mau ambil jurusan apa nanti. Tapi apa daya, saya tidak seberuntung seperti anak-anak lain yang ketika sudah lulus SMK/ SMA orang tuanya langsung mendaftarkan kuliah dengan mengikuti kemauan anaknya mau kuliah dengan jurusan dan Universitas mana yang bahkan bisa di luar kota seperti anak itu mau, selain membiayai dari mulai pendaftaran hingga selesai, sampai orang tuanya pun ikut mengantarkan sana-sini. Mulia sekali orang tua tersebut, makanya suka sebel kalau ada anak yang bisa dibilang beruntung tapi suka nyinyir ngomongin orang tuanya. Nah beda dengan saya, saya yang hidup serba pas-pasan, tidak semudah itu untuk melanjutkan kuliah. Sebelumnya pernah saya share kan ya soal bagaimana kisah saya untuk melanjutkan kuliah dengan susah payah. Tapi alhamdulillah saya bangga punya orang tua saya yang gak pernah bikin saya nyinyir.

Sekarang saya sudah daftar kuliah, alhamdulillah dengan biaya sendiri. Tinggal nunggu waktu untuk mulai masuk kuliah. By the way, saya ambil jurusan Financial Management a.k.a Manajemen Keuangan. Dulu saya SMK ambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) yang sebenarnya sangat pas untuk zaman sekarang dengan teknologi yang meningkat pesat. Namun saya ngga tahu, ngga paham, ngga mudeng dengan pelajaran jurusan pas SMK, dan tidak ingin melanjutkannya lagi.

Dengan waktu yang sangat singkat yaitu cuma beberapa hari sebelum daftar kuliah saya berpikir jurusan apa yang akan saya ambil dan harus kuliah dimana? Sempat mencoba daftar ke Universitas Djuanda namun ada pro dan kontranya, walaupun tempatnya dekat ke rumah biar pulangnya gak larut malam karena berada di daerah Ciawi. Tapi saya tidak memutuskan ikut tes di Universitas itu. Sempat Mamahnya Mister menyarankan untuk masuk ke Ibnu Khaldun tapi sayang jarak yang amat sangat jauh. Setelah pusing-pusing memilih kuliah dimana dan jurusan apa, saya coba daftar dan tes di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kesatuan, dan Kesatuan merupakan tempat magang pas jaman SMK si Mister dulu. Setelah ikut tes psikotes akhirnya saya diterima dijurusan awal yang saya pilih tanpa harus pusing dipindah-pindah oleh pihak Universitas. Namun saya tetap bingung, kenapa saya memilih Manajemen Keuangan? Alasannya saya berharap ilmu itu tidak hanya bisa dipakai di dunia kerja dan wirausaha saja nanti, tapi kelak bisa bermanfaat bagi keluarga saya kelak. Dan tidak melihat universitas itu swasta ataupun negeri, karena menurut saya itu balik lagi ke si mahasiswanya, bagaimana dia bisa mengembangkan dirinya.

Saya kerja dan kuliah juga. Bagaimana mengatur waktunya? Alhamdulillah saya mendapat tempat kerja yang jam kerjanya tidak mengekang dan bahkan mendukung karyawan seperti saya yang akan melanjutkan kuliah. Saya pun mengambil kelas karyawan atau kelas malam untuk kuliah. Berarti pagi sampai sore saya bekerja dan sore sampai malam saya kuliah. Capek ga sih? Walau orang tua, si Mister, si Mamah, dan banyak orang sudah mengingatkan "Mulai jaga kesehatan dan banyak minum vitamin, Na." Sempat kepikiran juga sih bagaimana nanti saya pulang kuliah dengan hari yang sudah larut malam dengan badan yang sudah kelelahan? Jarak antara rumah dan kampus yang lumayan jauh. Orang tua yang sudah bawel ini itu, apalagi dengan ramenya kasus begal?

Bersambung...

Nyapih Minara

Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...