Senin, 23 Januari 2017
Minggu, 22 Januari 2017
Resep : Pizza Teflon
Hai bloggirls...
Postingan kali ini aku pengen share tentang resep dan cara membuat
pizza teflon. Hah, pizza teflon? Yaps, maksudnya pizza yang dipanggang tanpa
oven, yaitu menggunakan teflon. Yuk mariii....
Bahan-bahannya :
250 gr tepung terigu
1 sdt ragi instan
2 sdt gula pasir
200 ml air hangat
1 butir telor
3 sdm mentega
3 sdt minyak
½ garam
Topping :
4 buah sosis
1 ons Keju mozarella
7 sdm Saos tomat (jangan saos
exra pedas ya... :( )
Mayonaise
Bawang bombay (sesuai selera)
Paprika merah dibagi 2
Paprika kuning dibagi 2
Ps : bahan di atas bisa dirubah
kok takaran dan jumlahnya sesuai yang kamu butuhkan...
Langkah :
- Campur terigu, ragi instan dan garam. Tambahkan mentega, campur rata hingga berbulir. Tambahkan minyak goreng, campurkan merata. Masukkan telu, campur merata. Terakhir masukkan air gula, secara bertahap. Diuleni bahannya hingga merata. Lalu, adonannya istirahatkan selama 15 menit hingga mengembang di dalam wadah yang ditutup serbet atau plastik.
- Sambil menunggu adonan dough jadi, mari kita buat dulu toppingnya. Sosis dipotong bulat, Bawang bombay, paprika merah, paprika kuning diiris-iris korek api. Lalu siapkan teflon untuk menumis toppingnya, masukkan mentega, saos dan bahan yang sudah diiris tadi. Ps. Cobain dulu takut kepedesan. :(
- Setelah 15 menit, kempiskan dough-nya. Tata pada teflon yang bersih, bentuk pizza-nya bebas mau bulat, kotak, atau love juga bisa. Oiya, buat pizza enak yang tipis biar bawaahnya cruncie dan atasnya empuk. Setelah siap, jangan lupa, adonan ditusuk-tusuk dengan garpu.
- Nyalakan api, panggang sebentar, lalu masukkan bahan tumisan yang tadi udah dibuat, oleskan hingga merata.
- Jangan lupa masukkan keju mozarella. Gunakan api yang kecil, agar matang merata. Setelah + 20 menit, bubuhkan mayonaise. Lalu angkat pizza dari teflon. Potong, lalu nikmati selagi hangat.
Aku coba buat
ini sebagai pengganti kue ulang tahun untuk kekasih, tinggal tambahkan lilin-lilin di
samping piring yang akan disajikan nanti, karena bosen dengan cake. Lumayanlah tidak terlalu
mengecewakan.
Selamat mencoba,
bloggirls...
Kamis, 05 Januari 2017
Serangkaian Kode
Taruh dulu
gadget-mu, lalu tatap mataku. Lupakan sejenak mengenai jejaring sosial di
antara kamu dan aku. Sadarkah bahwa itu semua semu? Sayangku, tak perlu lagi
merajuk. Dunia maya bukanlah tempat yang tepat untuk sepasang kekasih bersibuk.
Untuk apa
memajang foto kita berdua? Cita-citaku ingin fotomu ada di buku nikahku. Untuk
apa mention-mentionan mesra? Selama ada pulsa, aku lebih memilih kita
berkomunikasi di chat box, SMS, atau telepon. Kita, cukup kita yang tahu. Untuk
apa mengucapkan happy anniversary setiap bulan? Aku ingin menjadi seseorang
yang bisa bersamamu tahunan, bukan bulanan; merayakan bersamamu tahunan, bukan
bulanan. Untuk apa saling menulis nama di bio? Apa belum cukup aku menulis
namamu dalam setiap doaku pada Tuhan? Untuk apa saling memaki saat kita berdua
berselisih pendapat? Masalah tidak perlu diumbar. Mereka belum tentu simpatik.
Seharusnya pasangan bisa saling menutupi keburukan satu sama lain, bukan sebaliknya.
Sudahlah.
Aku dan kamu tidak usah terlalu digembar-gembor. Yang hening-hening syahdu itu
yang biasanya langgeng. Bukan yang dipamer-pamer. Pada waktunya, dunia hanya
perlu tahu kalau kita hebat. Kebahagian tidak membutuhkan penilaian orang lain.
Bukankah
hidup ini sebetulnya mudah? Aku rindu, datangi. Jika tidak senang, ungkapkan.
Jika cemburu, tekankan. Jika lapar, makan. Jika mulas, buang air. Jika salah,
betulkan. Jika suka, nyatakan. Jika sayang, tunjukkan. Manusianya yang
seringkali mempersulit segala sesuatu. Ego mencegah seseorang mengucap “aku
membutuhkanmu”.
Bagaikan
pendeta pramuka, detektif, atau agen rahasia, kita senang sekali membuat kode.
Mungkin evolusi membuat manusia menjadi makhluk super rumit sehingga kita kerap
berkata “enggak kenapa-kenapa” padahal kenapa-kenapa; menunjukkan senyum
padahal sedang bersedih; menyindir-nyindir padahal bisa berbicara baik-baik
dengan orang yang kita tuju.
Walhasil,
apa daya orang-orang sepertiku yang tidak terlalu ‘ngeh’ dengan kode? Kami
berujung diberi label ‘enggak peka’.
Coba sesekali simpan gengsimu itu. Akan luar biasa menyenangkan untuk bisa mengucapkan apa yang ingin kau ungkapkan. Serius... aku tahu rasanya. Taruh dulu gadget-mu, lalu tatap mataku. Sebuah dialog akan lebih mendewasakan dibandingkan permainan kode. -Fiersa Besari, Garis Waktu Hal 78-81.
Langganan:
Komentar (Atom)
Nyapih Minara
Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...
-
Berendam air hangat (air panas) enak kayanya. Saya dan Farhan memilih Pemandian Air Panas Tirta Sanita, yaitu daerah Parung. Lo...
-
Komitmen kami sejak awal pernikahan, tidak perlu membahas, menceritakan, mengeluhkan bahkan mem-posting masalah (apapun itu) keluarga kecil...
-
"Toh wanita sekolah tinggi-tinggi nanti ujung-ujungnya di dapur juga." Sering banget denger kata-kata di atas. Versi saya, pendidi...




