Senin, 28 Agustus 2017
Jumat, 04 Agustus 2017
Menikmati Udara Segar Telaga Warna, Puncak, Cisarua
Bogor selain kota hujan, menurut saya Bogor juga terkenal dengan wisata-wisata alamnya.
Kali ini saya dan Farhan akan mengunjungi salah satu tempat wisata alam di Puncak Cisarua, berhubung lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah, namun tempat yang dibilang jarang kami singgahi.
Lokasi pertama yang kami datangi adalah Telaga Warna. kalian tinggal search di google maps, nanti pasti akan muncul penunjuk arahnya. Nah, masuk tempat wisata ini saat itu Rp. 25.000,-/orang dan Rp. 4.000,-/motor (pada saat itu). Kita akan menyusuri jalan yang bisa dilewatin 1 mobil saja. Tidak jauh dari pos pembelian loket, kita akan ketemu dengan pos selanjutnya.
Pertama kali kita sampai, akan muncul gambar mangki (monkey). Itu artinya, di dalam sana akan ada banyak mangki-mangki berkeliaran. Semoga bersahabat yaaa.
Di dalam ada rumah-rumah kayu hampir sama seperti yang ada di Hutan Mangrove Muara Angke, ada wahana flying fox, tapi saya tidak berani coba. Hehe. Selain itu ada banyak tukang jualan juga loh seperti tukang cilok goreng, rujak bebeuk, dan jajanan lain.
Saat itu kami coba ambil foto-foto. Jaket dan tas kami simpan di rumput.
Farhan lupa simpan satu snack dipinggir tas, dan taraa... akibatnya mangki nakal rampas itu tas dan ambil snacknya. Hm, indera penciuman mangkinya sangat tajam yaaa. Agak sedikit drama, namun ada mamang-mamang yang mengusir mangki itu. Dan rata-rata untuk penjaga dan beberapa pedagang memegang ketapel, jaga-jaga kalau si mangki jail.
Rasanya pengen nikmatin udara segar duduk-duduk cantik di pinggir telaganya, namun apa daya saya takut diganggu mangki-mangki itu. karena walaupun kita diem adem ayem, mangki-mangki itu super jail, khususnya mangki yang remaja, karena kalau mangki yang masih kecil dan yang sudah tua tidak jail.
Setelah berkeliling, kami putuskan untuk pamit sama mangki-mangki. Haha. Namun kami nekat beli cilok dan rujak bebeuk yang banyak jualan di area wisata. Sambil umpet-umpetan kami sembunyikan jajanan itu, biar ga direbut sama mangkinya. :(
Setelah berkeliling, kami putuskan untuk pamit sama mangki-mangki. Haha. Namun kami nekat beli cilok dan rujak bebeuk yang banyak jualan di area wisata. Sambil umpet-umpetan kami sembunyikan jajanan itu, biar ga direbut sama mangkinya. :(
Sebelum keluar dan menuju sate maranggi, kami nongki dulu di atas perbukitan kebun teh sambil makan jajanan yang tadi kita udah beli (karena nongki di pinggir telaga terganggu). Pemandangan Puncak terlihat di atas sini. Hmmm, tarik nafas daaaaann jangan kentut ya. :D
Setelah puas dan sedikit kenyang makan jajanan yang dibeli tadi, kami turun dari kebun teh untuk solat Ashar dahulu dan langsung melanjutkan ke sate maranggi.
Sebelum Maghrib kami sudah sampai sate maranggi, minum teh anget aja udah enak banget gitu. Hehe. Kami makan cukup banyak dan yang pasti alhamdulillah kenyang.
Kami siap-siap turun pulang dan memutuskan solat di Mesjid Atta'awwun.
Mungkin efek cuaca dingin kali ya, setelah kami sampai bawah kok rasanya perut laper lagi. Dan akhirnya kami tutup perjalanan kali ini dengan yang manis-manis, kami pilih surabi duren Seuseupan. Hihi.
Sekian singkat tapi ga singkat cerita liburan kali ini. Sampai jumpa.
Selasa, 01 Agustus 2017
Nikah itu...
Problematika yang pacarannya udah
bertahun-tahun. Mungkin kalo udah cukup umur dan cukup finansialnya, bisa
langsung nikah. Simple! Tapi berbeda dengan yang pacarannya dari umur 16 tahun
alias sejak zaman bangku SMA ( sejak tahun 2010). Lulus SMA langsung nikah?! Jauh dan nggak pernah gue
berpikiran kayak begitu. Maaf bukannya nggak setuju sama sodara sodari sekalian
yang nikah muda. Aku salut juga kok sama kalian. Lalu, nasib yang pacaran sejak
umur belasan tahun yang sekarang masih bertahan, hanya bisa terima celetukan
“Masih pacaran sama si ini? Kapan tunangan? Kapan nikah? Nggak bosen? Nyicil
mobil? Atau nyicil rumah (yang parah)? Sakit hatiiii... tapi apa yang
pacarannya lama itu lebih buruk daripada yang pacarnya ganti-ganti? Pacarannya
putus nyambung? Atau setiap pindah kota pacarnya ganti juga? Atau bahkan cerai?
Astagfirulloh. Lalu salah siapa? Dan siapa yang mau?
Siapa sih yang nggak mau nikah?
Gue yakin
setiap orang yang sedang pacaran bahkan yang belum pacaran tapi sudah mapan,
pasti mempunyai cita-cita buat nikah. TRUE! Tapi apa daya, karena satu hal
dengan yang lainnya, yang mengharuskan kalian jangan dulu tunangan besok!
Kalian jangan dulu nikah besok! Nikah itu nggak mudah, Bro! Nyokap gue bilang
sih “nggak semudah beli goreng oncom di Emak Aya.” Hahaha. Kembali lagi
tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.
Pacaran sudah
lama. Umur sudah pas untuk nikah. Nunggu apa?
Oke
selanjutnya kalian sudah cukup umur, tapi belum sanggup secara finansial, lalu
bagaimana? Pasti ada yang nyeletuk, nikah nunggu sampe mapan? Bukannya nikah
tinggal dateng ke KUA, bayar Rp. 250.000,- lalu SAH, HALAL, dan SELESAI! Atau
kalian juga bisa kasbon ke kantor untuk merayakan resepsinya. HAH pikiran macam
apa ini?
Nikah itu
bukan dilihat dia sudah pacaran setahun, dua tahun, tiga tahun bahkan sepuluh
tahun. Bukan juga dilihat kalian cukup umur. Itu semua tidak menentukan kalian
bisa nikah dengan umur pacaran kalian dengan pasangan. Itu hanya relatif!
Karena bahkan yang belum pernah ketemu dan nggak pacaran, bisa langsung nikah. Kembali
lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.
Ngapain
pacaran lama-lama?
Untuk sebagian
orang itu buang-buang waktu. Tapi menurut gue pribadi, itu cara gue mengenali
pasangan gue sendiri. Setahun dua tahun itu tidak cukup. Bahkan sampai
sekarang, sebut saja gue pacaran sudah 6 tahun jalan >.< masih belum
benar-benar mengenal pasangan gue, alias gue masih belum bisa megontrol ego
gue, belum kebayang nanti kalo udah nikah. Entah gue emang tipe orang yang
susah mulai membangun kedeketan sama seseorang (introvert), jadi gue males
untuk memulai semuanya dari awal. Mungkin itu salah satu faktor, gue nggak
pernah gonta ganti pacar alias setia.
InsyaAlloh
dari tahun ke tahun obrolan saat gue sama pasangan chat-an mulai berubah dari
Cuma chat lagi apa? Lagi dimana? Pulang sekolah bareng yaa? Pulang sekolah kita
makan siomay pinggir jalan tol Ciawi yaa... berubah ke udah ngerjain tugas
belum? Udah ngerjain skripsi belum? Gimana kerjanya? Kerjaannya bikin pusing
nggak? Kemping kemana kita? Lalu berubah lagi ke gue lulus kuliah dulu, banyak
nabung, jangan boros, tahun sekarang kita banyak intropeksi, nanti konsep
resepsi seperti ini, kita undang si ini si itu, nanti tinggal di, nanti ini
nanti itu. Jadi waktu akan merubah segalanya.
Yang aku tahu
ini semua rencana Tuhan Yang Maha Baik. Jodoh itu ditangan Tuhan, bukan dimulut
orang-orang yang hanya bisa komentar tanpa dibayar. Gue diketemukan dengan
pasangan lebih awal, memberikan waktu begitu banyak untuk tahu segalanya, yang
sekiranya untuk bekal. Aku tahu masih ada rencana Tuhan yang sangat indah
lainnya. #goestoHALAL
Jadi intinya,
untuk kalian yang nikah muda, yang pacarannya ganti-ganti, yang pacarannya lama
tapi belum nikah, yang pacarannya bentar tapi langsung nikah, bahkan yang nggak
mau pacaran pengennya nanti langsung nikah, itu semua hak kalian.
Kembali lagi
tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah. Kenapa saya
mengulang kalimat ini? Karena setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk
membahagiakan dirinya sendiri. Menurut gue, pernikahan itu perjanjian yang sakral sehidup semati.
Kalau sudah siap secara lahir, batin, finansial dan tetek bengeknya, sah saja nikah. Lah kalau belum, begimane. Kita hanya bisa menjalani hubungan dengan baik untuk mencapai tujuan akhir. Namun, kembali lagi hanya Tuhan yang merestui.
Kalau sudah siap secara lahir, batin, finansial dan tetek bengeknya, sah saja nikah. Lah kalau belum, begimane. Kita hanya bisa menjalani hubungan dengan baik untuk mencapai tujuan akhir. Namun, kembali lagi hanya Tuhan yang merestui.
Langganan:
Komentar (Atom)
Nyapih Minara
Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...
-
Berendam air hangat (air panas) enak kayanya. Saya dan Farhan memilih Pemandian Air Panas Tirta Sanita, yaitu daerah Parung. Lo...
-
Komitmen kami sejak awal pernikahan, tidak perlu membahas, menceritakan, mengeluhkan bahkan mem-posting masalah (apapun itu) keluarga kecil...
-
"Toh wanita sekolah tinggi-tinggi nanti ujung-ujungnya di dapur juga." Sering banget denger kata-kata di atas. Versi saya, pendidi...



