Selasa, 01 Agustus 2017

Nikah itu...

Problematika yang pacarannya udah bertahun-tahun. Mungkin kalo udah cukup umur dan cukup finansialnya, bisa langsung nikah. Simple! Tapi berbeda dengan yang pacarannya dari umur 16 tahun alias sejak zaman bangku SMA ( sejak tahun 2010). Lulus SMA langsung nikah?! Jauh dan nggak pernah gue berpikiran kayak begitu. Maaf bukannya nggak setuju sama sodara sodari sekalian yang nikah muda. Aku salut juga kok sama kalian. Lalu, nasib yang pacaran sejak umur belasan tahun yang sekarang masih bertahan, hanya bisa terima celetukan “Masih pacaran sama si ini? Kapan tunangan? Kapan nikah? Nggak bosen? Nyicil mobil? Atau nyicil rumah (yang parah)? Sakit hatiiii... tapi apa yang pacarannya lama itu lebih buruk daripada yang pacarnya ganti-ganti? Pacarannya putus nyambung? Atau setiap pindah kota pacarnya ganti juga? Atau bahkan cerai? Astagfirulloh. Lalu salah siapa? Dan siapa yang mau?

Siapa sih yang nggak mau nikah?
Gue yakin setiap orang yang sedang pacaran bahkan yang belum pacaran tapi sudah mapan, pasti mempunyai cita-cita buat nikah. TRUE! Tapi apa daya, karena satu hal dengan yang lainnya, yang mengharuskan kalian jangan dulu tunangan besok! Kalian jangan dulu nikah besok! Nikah itu nggak mudah, Bro! Nyokap gue bilang sih “nggak semudah beli goreng oncom di Emak Aya.” Hahaha. Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.

Pacaran sudah lama. Umur sudah pas untuk nikah. Nunggu apa?
Oke selanjutnya kalian sudah cukup umur, tapi belum sanggup secara finansial, lalu bagaimana? Pasti ada yang nyeletuk, nikah nunggu sampe mapan? Bukannya nikah tinggal dateng ke KUA, bayar Rp. 250.000,- lalu SAH, HALAL, dan SELESAI! Atau kalian juga bisa kasbon ke kantor untuk merayakan resepsinya. HAH pikiran macam apa ini? 

Nikah itu bukan dilihat dia sudah pacaran setahun, dua tahun, tiga tahun bahkan sepuluh tahun. Bukan juga dilihat kalian cukup umur. Itu semua tidak menentukan kalian bisa nikah dengan umur pacaran kalian dengan pasangan. Itu hanya relatif! Karena bahkan yang belum pernah ketemu dan nggak pacaran, bisa langsung nikah. Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.

Ngapain pacaran lama-lama?
Untuk sebagian orang itu buang-buang waktu. Tapi menurut gue pribadi, itu cara gue mengenali pasangan gue sendiri. Setahun dua tahun itu tidak cukup. Bahkan sampai sekarang, sebut saja gue pacaran sudah 6 tahun jalan >.< masih belum benar-benar mengenal pasangan gue, alias gue masih belum bisa megontrol ego gue, belum kebayang nanti kalo udah nikah. Entah gue emang tipe orang yang susah mulai membangun kedeketan sama seseorang (introvert), jadi gue males untuk memulai semuanya dari awal. Mungkin itu salah satu faktor, gue nggak pernah gonta ganti pacar alias setia.

InsyaAlloh dari tahun ke tahun obrolan saat gue sama pasangan chat-an mulai berubah dari Cuma chat lagi apa? Lagi dimana? Pulang sekolah bareng yaa? Pulang sekolah kita makan siomay pinggir jalan tol Ciawi yaa... berubah ke udah ngerjain tugas belum? Udah ngerjain skripsi belum? Gimana kerjanya? Kerjaannya bikin pusing nggak? Kemping kemana kita? Lalu berubah lagi ke gue lulus kuliah dulu, banyak nabung, jangan boros, tahun sekarang kita banyak intropeksi, nanti konsep resepsi seperti ini, kita undang si ini si itu, nanti tinggal di, nanti ini nanti itu. Jadi waktu akan merubah segalanya.

Yang aku tahu ini semua rencana Tuhan Yang Maha Baik. Jodoh itu ditangan Tuhan, bukan dimulut orang-orang yang hanya bisa komentar tanpa dibayar. Gue diketemukan dengan pasangan lebih awal, memberikan waktu begitu banyak untuk tahu segalanya, yang sekiranya untuk bekal. Aku tahu masih ada rencana Tuhan yang sangat indah lainnya. #goestoHALAL

Jadi intinya, untuk kalian yang nikah muda, yang pacarannya ganti-ganti, yang pacarannya lama tapi belum nikah, yang pacarannya bentar tapi langsung nikah, bahkan yang nggak mau pacaran pengennya nanti langsung nikah, itu semua hak kalian. 

Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah. Kenapa saya mengulang kalimat ini? Karena setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk membahagiakan dirinya sendiri. Menurut gue, pernikahan itu perjanjian yang sakral sehidup semati.

Kalau sudah siap secara lahir, batin, finansial dan tetek bengeknya, sah saja nikah. Lah kalau belum, begimane. Kita hanya bisa menjalani hubungan dengan baik untuk mencapai tujuan akhir. Namun, kembali lagi hanya Tuhan yang merestui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nyapih Minara

Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...