Minggu, 03 Desember 2017

Kondangan Adit dan Curug Kondang

Desember... ada salah satu anggota dari wara-wiri yang menikah yaitu Adit menyusul Ketua Geng Bapak Rojak a.k.a Deni yang telah menikah duluan di bulan September.
Bridesmaid-nya Adit

Kami berenam, yaitu saya, Farhan, Deni, Nisa, Gusnul dan Tiwi ikut besanan di kediaman mempelai wanita. Karena waktu itu hari Minggu, yaitu tanggal 3 keadaan jalan cukup macet, yaa seperti biasalah.

Kurang dari satu jam, kami semua sampai lokasi. Acara akad pun dilalui secara khidmat walau ujung-ujung si Adit bikin tingkah konyol. Haha. Acara akad selesai kami bergegas makan, maklum ada yang belum sarapan. Seperti biasa kamipun foto-foto.

kebulak

Berhubung Bapak Rojak masih ada acara lain yaitu kondangan lainnya, kami pun pamit. Dan Bapak Rozak meminta diantar ke kondangan tersebut, ngga masalah sih tapi kok jauuuuuhhh banget yaaaa. Hupt. Kaki ampe belang. Lokasinya di Leuwiliang.

Setelah makan dan ngasih amplop, biar gak mubazir jauh-jauh datang kemari, kamipun putusin ke kaki Gunung Salak, tepatnya mengunjungi salah satu curug dari seribu curug yang ada di Bogor yaitu ke Curug Kondang. Yaps, sesuai dengan tema hari ini. Kondangan. Kami mampir dulu ke pom bensin terdekat untuk solat dan lanjut jalan.

Masuk ke kawasan ini sangat mahal. Hupt. Kok bisa yaaaaa??????? Tolong dong pemerintah, diatur lagi.
Setelah masuk ke kawan Gunung Salak kami bayar, lalu masuk ke Curugnya pun kami bayar kembali.
Okelah lupakan hal itu, lalu nikmati alamnya.
Sebelum sampai gerbang utama, kami melewati sawah yang luas. MasyaAlloh.
 








Berhubung tadi pulang dari kondangan dan dadakan dateng ke sini, saya gak bisa ikut nyebur akibat saltum. Padahalkan asyik. Jadi, saya hanya rendem-rendem kaki cantik. Haha.



Setelah puas berendam, kami solat ashar lalu bergegas pulang dan perut kami lapar. Kami mencari makanan yang selalu setia, yaitu mi rebuuuusss. Kami berhenti di warung pinggiran.



Cuaca disore hari adem banget. Menjelang magrib adanya lembayung dan muncul super moon. Woooww. MasyaAlloh.



Hari yang panjang dan indah.
Btw, Happy Wedding yaaa Adit dan Eri.
Who’s next? He he he he




Selasa, 05 September 2017

Resep Sederhana Cimol



Jajanan SD (Sekolah Dasar) emang ngga akan ada bosennya. Nah, kali ini gue ingin membagi pengalaman gue memasak salah satu jajanan SD yaitu cimol. Kalian pasti tau kan apa itu cimol. Ini jajanan SD banget yang semua orang sunda pasti hapal (maap orang sunda katanya gak bisa bilang f *dibaca p haha*). Dan asli, adek gue si Cipa doyan banget makan ini. Ah senangnyaaaa
Bahan-bahannya sangat mudah dan pasti selalu ada disetiap dapur kita, seperti berikut :
Bahan-bahannya :
- 10 sdm tepung sagu (sesuai selera)
- 2 sdm tepung terigu (sesuai selera)
- 400 ml air (sampai adonan mudah dibentuk bulat)
- Garam, lada, gula dan bumbu peyedap secukupnya
- 4 buah bawang putih
- 1 ruas jari daun bawang
- Minyak goreng (sampai nanti cimol sedikit terendam)
- Bon cabe sesuai selera
Cara memasaknya :
1. Ulek bawang putih dan garam secukupnya
2. Rebus air, bumbu ulek, garam, bumbu penyedap, lada, dan daun bawang yang sudah diiris.
3. Campurkan tepung sagu, tepung terigu, dan masukkan rebusan air rebusan tadi sedikit demi sedikit.
4. Apabila adonan sudah tercampur rata, bentuk bulat-bulat kecil.
5. Siapkan wajan dan panaskan minyak goreng
6. Setelah minyak panas masukkan bulatan cimol tadi lalu kecilkan apinya, tunggu hingga mengembang dan berubah warna jadi putih mengkilap.
7. Apabila sudah matang, cimol bisa langsung diangkat dan dijaikan dipiring.
8. Cimol tadi bisa ditaburi bon cabai dan kheuseus anak-anak pisahkan cimol tanpa campuran apapun.

Cipa suka makan cimol

Bagaimana? Simple dan bahannya mudah didapatkan bukan? Cocok untuk cemilan kalian dan keluarga di rumah. Ini adalah resep sederhana cimol yang aku bisa namun enaaakk dan sehat. 
Selamat mencoba.....

Jumat, 04 Agustus 2017

Menikmati Udara Segar Telaga Warna, Puncak, Cisarua

Bogor selain kota hujan, menurut saya Bogor juga terkenal dengan wisata-wisata alamnya.

Kali ini saya dan Farhan akan mengunjungi salah satu tempat wisata alam di Puncak Cisarua, berhubung lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah, namun tempat yang dibilang jarang kami singgahi.

Lokasi pertama yang kami datangi adalah Telaga Warna. kalian tinggal search di google maps, nanti pasti akan muncul penunjuk arahnya. Nah, masuk tempat wisata ini saat itu Rp. 25.000,-/orang dan Rp. 4.000,-/motor (pada saat itu). Kita akan menyusuri jalan yang bisa dilewatin 1 mobil saja. Tidak jauh dari pos pembelian loket, kita akan ketemu dengan pos selanjutnya.

Pertama kali kita sampai, akan muncul gambar mangki (monkey). Itu artinya, di dalam sana akan ada banyak mangki-mangki berkeliaran. Semoga bersahabat yaaa.

Di dalam ada rumah-rumah kayu hampir sama seperti yang ada di Hutan Mangrove Muara Angke, ada wahana flying fox, tapi saya tidak berani coba. Hehe. Selain itu ada banyak tukang jualan juga loh seperti tukang cilok goreng, rujak bebeuk, dan jajanan lain.

Saat itu kami coba ambil foto-foto. Jaket dan tas kami simpan di rumput.

Farhan lupa simpan satu snack dipinggir tas, dan taraa... akibatnya mangki nakal rampas itu tas dan ambil snacknya. Hm, indera penciuman mangkinya sangat tajam yaaa. Agak sedikit drama, namun ada mamang-mamang yang mengusir mangki itu. Dan rata-rata untuk penjaga dan beberapa pedagang memegang ketapel, jaga-jaga kalau si mangki jail.


Rasanya pengen nikmatin udara segar duduk-duduk cantik di pinggir telaganya, namun apa daya saya takut diganggu mangki-mangki itu. karena walaupun kita diem adem ayem, mangki-mangki itu super jail, khususnya mangki yang remaja, karena kalau mangki yang masih kecil dan yang sudah tua tidak jail.

Setelah berkeliling, kami putuskan untuk pamit sama mangki-mangki. Haha. Namun kami nekat beli cilok dan rujak bebeuk yang banyak jualan di area wisata. Sambil umpet-umpetan kami sembunyikan jajanan itu, biar ga direbut sama mangkinya. :(
                      

Sebelum keluar dan menuju sate maranggi, kami nongki dulu di atas perbukitan kebun teh sambil makan jajanan yang tadi kita udah beli (karena nongki di pinggir telaga terganggu). Pemandangan Puncak terlihat di atas sini. Hmmm, tarik nafas daaaaann jangan kentut ya. :D


Setelah puas dan sedikit kenyang makan jajanan yang dibeli tadi, kami turun dari kebun teh untuk solat Ashar dahulu dan langsung melanjutkan ke sate maranggi.



Sebelum Maghrib kami sudah sampai sate maranggi, minum teh anget aja udah enak banget gitu. Hehe. Kami makan cukup banyak dan yang pasti alhamdulillah kenyang.

Kami siap-siap turun pulang dan memutuskan solat di Mesjid Atta'awwun.

Mungkin efek cuaca dingin kali ya, setelah kami sampai bawah kok rasanya perut laper lagi. Dan akhirnya kami tutup perjalanan kali ini dengan yang manis-manis, kami pilih surabi duren Seuseupan. Hihi.

Sekian singkat tapi ga singkat cerita liburan kali ini. Sampai jumpa.

Selasa, 01 Agustus 2017

Nikah itu...

Problematika yang pacarannya udah bertahun-tahun. Mungkin kalo udah cukup umur dan cukup finansialnya, bisa langsung nikah. Simple! Tapi berbeda dengan yang pacarannya dari umur 16 tahun alias sejak zaman bangku SMA ( sejak tahun 2010). Lulus SMA langsung nikah?! Jauh dan nggak pernah gue berpikiran kayak begitu. Maaf bukannya nggak setuju sama sodara sodari sekalian yang nikah muda. Aku salut juga kok sama kalian. Lalu, nasib yang pacaran sejak umur belasan tahun yang sekarang masih bertahan, hanya bisa terima celetukan “Masih pacaran sama si ini? Kapan tunangan? Kapan nikah? Nggak bosen? Nyicil mobil? Atau nyicil rumah (yang parah)? Sakit hatiiii... tapi apa yang pacarannya lama itu lebih buruk daripada yang pacarnya ganti-ganti? Pacarannya putus nyambung? Atau setiap pindah kota pacarnya ganti juga? Atau bahkan cerai? Astagfirulloh. Lalu salah siapa? Dan siapa yang mau?

Siapa sih yang nggak mau nikah?
Gue yakin setiap orang yang sedang pacaran bahkan yang belum pacaran tapi sudah mapan, pasti mempunyai cita-cita buat nikah. TRUE! Tapi apa daya, karena satu hal dengan yang lainnya, yang mengharuskan kalian jangan dulu tunangan besok! Kalian jangan dulu nikah besok! Nikah itu nggak mudah, Bro! Nyokap gue bilang sih “nggak semudah beli goreng oncom di Emak Aya.” Hahaha. Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.

Pacaran sudah lama. Umur sudah pas untuk nikah. Nunggu apa?
Oke selanjutnya kalian sudah cukup umur, tapi belum sanggup secara finansial, lalu bagaimana? Pasti ada yang nyeletuk, nikah nunggu sampe mapan? Bukannya nikah tinggal dateng ke KUA, bayar Rp. 250.000,- lalu SAH, HALAL, dan SELESAI! Atau kalian juga bisa kasbon ke kantor untuk merayakan resepsinya. HAH pikiran macam apa ini? 

Nikah itu bukan dilihat dia sudah pacaran setahun, dua tahun, tiga tahun bahkan sepuluh tahun. Bukan juga dilihat kalian cukup umur. Itu semua tidak menentukan kalian bisa nikah dengan umur pacaran kalian dengan pasangan. Itu hanya relatif! Karena bahkan yang belum pernah ketemu dan nggak pacaran, bisa langsung nikah. Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah.

Ngapain pacaran lama-lama?
Untuk sebagian orang itu buang-buang waktu. Tapi menurut gue pribadi, itu cara gue mengenali pasangan gue sendiri. Setahun dua tahun itu tidak cukup. Bahkan sampai sekarang, sebut saja gue pacaran sudah 6 tahun jalan >.< masih belum benar-benar mengenal pasangan gue, alias gue masih belum bisa megontrol ego gue, belum kebayang nanti kalo udah nikah. Entah gue emang tipe orang yang susah mulai membangun kedeketan sama seseorang (introvert), jadi gue males untuk memulai semuanya dari awal. Mungkin itu salah satu faktor, gue nggak pernah gonta ganti pacar alias setia.

InsyaAlloh dari tahun ke tahun obrolan saat gue sama pasangan chat-an mulai berubah dari Cuma chat lagi apa? Lagi dimana? Pulang sekolah bareng yaa? Pulang sekolah kita makan siomay pinggir jalan tol Ciawi yaa... berubah ke udah ngerjain tugas belum? Udah ngerjain skripsi belum? Gimana kerjanya? Kerjaannya bikin pusing nggak? Kemping kemana kita? Lalu berubah lagi ke gue lulus kuliah dulu, banyak nabung, jangan boros, tahun sekarang kita banyak intropeksi, nanti konsep resepsi seperti ini, kita undang si ini si itu, nanti tinggal di, nanti ini nanti itu. Jadi waktu akan merubah segalanya.

Yang aku tahu ini semua rencana Tuhan Yang Maha Baik. Jodoh itu ditangan Tuhan, bukan dimulut orang-orang yang hanya bisa komentar tanpa dibayar. Gue diketemukan dengan pasangan lebih awal, memberikan waktu begitu banyak untuk tahu segalanya, yang sekiranya untuk bekal. Aku tahu masih ada rencana Tuhan yang sangat indah lainnya. #goestoHALAL

Jadi intinya, untuk kalian yang nikah muda, yang pacarannya ganti-ganti, yang pacarannya lama tapi belum nikah, yang pacarannya bentar tapi langsung nikah, bahkan yang nggak mau pacaran pengennya nanti langsung nikah, itu semua hak kalian. 

Kembali lagi tergantung orang itu memandang nikah itu mudah atau susah. Kenapa saya mengulang kalimat ini? Karena setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk membahagiakan dirinya sendiri. Menurut gue, pernikahan itu perjanjian yang sakral sehidup semati.

Kalau sudah siap secara lahir, batin, finansial dan tetek bengeknya, sah saja nikah. Lah kalau belum, begimane. Kita hanya bisa menjalani hubungan dengan baik untuk mencapai tujuan akhir. Namun, kembali lagi hanya Tuhan yang merestui.

Senin, 31 Juli 2017

Berenang di Marinas

Dua hari sebelum umat islam menyambut bulan suci Ramadhan, aku diajak sama Farhan untuk berenang bareng keluarganya. Bukan hanya aku, Farhan juga ajak si Cipa.

Awalnya Farhan jemput aku sama Cipa pake si Isak, lalu kita jemput Mamah dan Bi Diah sama Dipa. Sisanya pada bawa motor, ada Bi Eneng dan suami beserta Alya, Adin, ada Bi Dini, Adis, Abi dan Dinar. Dan kita semua janjian dilokasi. Tiket masuk aku gak tau, karena Farhan yang bayar dan aku lupa gak nanya. Yang jelas, anak dibawah umur 2 tahun gak bayar.

Kita semua berenang di Marinas. Cukup luas dan aman untuk anak-anak.
Lets swim...


 



Namanya bocah, awal-awal pada jaim, lama-kelamaan lengket juga.


See you next time yaaa...

Nyapih Minara

Meng-ASI-hi Minara Kembali, kekuatan afirmasi positif. Semua doa-doa baik saya sebutkan sejak Minara belum ada di perut saya. Mungkin kalau ...